Jumat, 25 Juli 2008

Semalam Melelahkan


Satu batang rokok sudah terselip di antara dua jarinya lentiknya. Nyalakan korek. Hisap.


Tubuhnya lelah. Lelah yang rasanya tak terkurangi oleh kesegaran jiwanya yang lain karena air pagi yang membenamkan tubuh indahnya itu dalam-dalam. Kreatifitas intelektualnya melemah, menyusul pikirannya yang pun lemah karena tubuh lelah tadi.


Semalam memang melelahkan. Tapi dia berharap pagi ini kelelahannya hilang. Tanpa berharap pun, kelelahannya memang pasti akan hilang di pagi-pagi seperti ini. Yah .. Pagi-pagi seperti ini sangat biasa, setelah malam-malam melelahkan yang terlalu ‘seperti biasanya’.


Ia berjanji untuk memorinya sendiri, tak akan mengingat wajah-wajah adam keriput semalam, wajah-wajah bapak erot, wajah-wajah menuntut, wajah-wajah memaksa. Memaksa. Mereka bukan presiden, mereka bukan tuhan. Tapi kenapa mereka begitu memaksanya semalam?! Ia membenci mereka tapi ia mencintai dompet mereka. Ia mencintai isinya yang berupa lembaran-lembaran tepatnya. Karena ia membenci sisanya yang di dompetnya, entah itu foto anak sulung mereka –panggil mereka : si-suara-sengau-, ataupun tiket pesawat liburan bersama anak istri mereka ke luar negeri akhir bulan ini. Memaksa? Dia itu perempuan, bukan boneka berambut yang bisa dilempar dari kasur satu ke kasur yang lainnya, dari dekapan si-suara-sengau satu ke si-suara-sengau lainnya. Dia benci 9 jam lelah-lelah semalam, tapi dia cinta 25 menit sejuk pagi ini. Karena mereka telah pergi! Ya, dia memang mencintai ketika mereka semua si bajingan-bajingan itu pergi. Memaksa! “Terima kasih banyak, Ca. Kamu menolongku tadi malam. Kamu tau aku lelah, kamu mau dibagi kelelahanku. Aku nyaris kehabisan nafas, Ca. Padahal semalam nafasku disembah, nafasku dipuja, dipermainkan yang aku juga sebenarnya suka. Kamu partner hebat! Malam-malam besok lagi ya. Eh rok kamu bagus, beli dimana?”


Satu batang rokok terselip lagi di antara dua jari lentiknya. Nyalakan korek lagi. Hisap lagi.


Sekarang, di 25 menit sejuk pagi ini, hanya ada batangan daun-daun kering ini di sekitarnya. Eh, ada lagi. Ica. Ica yang tau persis aliran darahnya. Aliran darah yang terasa panas tadi malam yang melelahkan. Sekarang tidak lagi, sejuk malahan.

“Tidak ada bedanya, Ica sayang. Tidak ada bedanya dengan pagi-pagi seperti ini yang sudah berpuluh-puluh kali kita nikmati, kita cintai. Pagi-pagi seperti ini, lebih kita hasrati daripada malam-malam panas yang juga kita hasrati namun terpaksa lalui bersama mereka bajingan itu.”


SPRMNKJK ;]

9 komentar:

SPRMNKJK ;] mengatakan...

lagi berenang, ada dua cwe. heu pikiran sotoy mulai muncul. buat anyone yang nama nya ica, no offense ya. itu nama gw pake random ajaa. :) enjoy*

Unknown mengatakan...

hahy manis..

mayn blog jga ya..

huehue..

Svendoline Verwey mengatakan...

Asli..

Keren^^

Anonim mengatakan...

Ceritamu indah nian duhai..

Anonim mengatakan...

toing..toing.

lolita,...icha sapa yah? kenalin dong :D

SPRMNKJK ;] mengatakan...

salah satu-nya nama e icha, knalin kmana wong fiktif. zz

Unknown mengatakan...

hmmm..maav bru mulai ngedit" blog lagi..jadi baru OL lagi..wkwkwkwk..

gmn blognya??

sdh brkmbang ya??

gw tmn lw di FS kq,,,

^^>..

need inspiration..

huaaa

Anonim mengatakan...

wekekeee,,,

barusan berasa ada tulisan di sini, fyuuuhh...

iyah, malam yang melelahkan,
bahkan lebih melelahkan dari malam² sebelumnya...


thanks kojek... ;)

SPRMNKJK ;] mengatakan...

@blog iseng ; iya. nice to meet u

@tanpa nama ; haa. ridoo. blogspot aneh ya haha